Cara Menabung yang Salah dan Sebaiknya Dihindari oleh Generasi Milenial

sumber: pexels.com

Banyak orang yang sudah mulai sadar akan pentingnya menabung. Sayangnya, masih ada masyarakat yang melakukan cara menabung yang salah. Ada cara-cara menabung yang kurang tepat yang masih dilakukan. Nah, berikut ini ada tiga contoh cara menabung yang salah dan sebaiknya jangan dipraktekkan oleh milenial.

1. Menabung untuk Membeli Gengsi

Pamer dan gengsi adalah motivasi menabung yang keliru. Anda bekerja keras, menabung semua penghasilan anda, tapi akhirnya anda memakai tabungan itu untuk pamer. Bukan dijadikan aset. Ini adalah motivasi yang keliru.

Misalnya, anda menabung lalu uang tabungan itu dibelikan motor sport yang mewah. Anda ingin menarik perhatian dan setiap mata rekan dan tetangga anda. Motor sport itu harganya puluhan hingga ratusan juta. Tapi, tidakkah anda bertanya apa sebenarnya fungsi motor itu?

Fungsi motor adalah alat transportasi, memindahkan kamu dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat. Jadi, ketika anda “membeli fungsi”, maka anda tak perlu membeli motor sport yang mahal. Cukup motor sederhana, harga terjangkau, dan berfungsi normal. Sayangnya, masih banyak orang yang tak tahan untuk “membeli gengsi”.

Alasannya macam-macam. Misalnya, seorang perantauan di kota. Biasanya mereka gengsi ketika pulang kampung dan ditanya tetangganya “kau kerja di kota udah dapat hasil apa?” Nah, untuk menunjukkan kesuksesan, maka mereka akan membeli kendaraan mahal agar tidak diolok-olok.

Meski kendaraan mahal yang dibeli itu sudah lunas, mereka mungkin tak menyadari bahwa harga jual mobil atau motor mereka langsung turun nilai begitu BPKB diserahterimakan. Mereka harus juga membayar pajak tahunan dan servis perawatan sehingga nilai uang dalam tabungan akan menyusut.

Coba misalkan uang tabungan hasil kerja itu dikonversi dalam bentuk aset, misal dibelikan 1-2 petak tanah di lingkungan desa. Maka, nilai tabungannya tak akan berkurang, bahkan bisa berlipat ganda sebab nilai tanah selalu naik setiap tahunnya. Uang tabungan akan berlipat ganda.

Nah, jadi jangan menabung untuk membeli kebutuhan gengsi anda sebab nilai tabungan anda akan menyusut.

2. Menabung Karena Menuruti Kata Orang

Manusia memang memiliki kecenderungan untuk melakukan konformitas dengan lingkungannya. Terlihat berbeda adalah hal yang membuat seorang individu tidak nyaman. Namun, konformitas bisa menimbulkan kerugian, khususnya dalam hal finansial.

Misalnya, banyak orang mengukur standar kesuksesan anak muda adalah dengan memiliki gadget baru. Setiap keluar model gadget terbaru anda selalu mengupgrade gadget anda. Tujuannya, biar sama dengan teman-teman anda yang lainya. Ketika ada model baju terbaru, anda juga upgrade fashion anda agar sama dengan teman-teman anda. Anda berharap dengan cara itu bisa membuat anda diterima oleh lingkungan anda. Tanpa terasa, anda menggunakan tabungan untuk membeli “apa kata orang lain.”

Jika anda terus menuruti apa kata orang, maka nilai tabungan anda bisa menyusut. Nilai keringat dan kerja keras anda bisa menguap begitu saja dan anda akan selamanya terjebak dalam siklus kerja keras. Anda tidak sedang menabung untuk meningkatkan kekuatan finansial, tapi menabung untuk menuruti “apa kata orang.” Ini adalah motivasi menabung yang keliru. Anda bekerja keras dan menabung untuk sesuatu yang nilainya terus menerus menyusut.

Lebih baik anda tutup telinga, jangan terlalu peduli apa kata orang lain. Hidup dengan sederhana, alihkan tabungan anda menjadi aset seperti emas, membeli saham atau kebun buah yang bisa terus menerus memberi hasil dan penghidupan bagi anda.

3. Menabung Karena Lingkungan

Ada beberapa adat kebiasaan di masyarakat yang membentuk kebiasaan dan cara menabung yang salah.

Misalnya ketika tiba Hari Raya, banyak orang ramai-ramai menggadaikan barang ke Pegadaian. Motivasinya untuk menunjukkan sesuatu kepada orang di kampung dan sanak famili di rumah. Uang hasil pegadaian itu anda habiskan untuk rekreasi dan membeli barang-barang konsumtif yang nilainya langsung habis. Akibatnya, tabungan anda ludes.

Bukan berarti berbagi kebahagiaan di Hari Raya itu tidak boleh, hanya saja orang sering lepas kontrol. Anda belikan semua untuk mempercantik sesuatu yang nilainya turun.

Jadi, paksa diri anda untuk menyisihkan uang untuk membeli aset. Ketika anda mendapat tunjangan hari raya (THR) saat Hari Raya, maka jangan habiskan semuanya untuk membeli hal-hal konsumtif. Jangan menabung untuk dihabiskan semua ketika Hari Raya tiba. Sisihkan sebagian untuk aset, aset, dan aset.

Pulang Rumah
Pulang Rumah Blog ini dikelola oleh Alif Syuhada

Posting Komentar untuk "Cara Menabung yang Salah dan Sebaiknya Dihindari oleh Generasi Milenial"