![]() |
sumber gambar: pexels.com |
Indonesia sebetulnya bukan lagi masuk kategori negara miskin sekarang, melainkan negara kelas menengah bahkan mendekati negara maju. Jumlah kelas menengah di Indonesia telah meningkat tajam, bahkan melebihi angka 40 persen. Jadi, Indonesia bukan tergolong negara miskin, namun masih juga belum menjadi negara maju.
Indonesia adalah negara berkembang dan lumayan sejahtera. Fakta bahwa negara kita sudah “lepas landas” ekonominya tentu sangat menggembirakan. Namun, bukan berarti negara dengan penduduk mayoritas kelas menengah itu tak punya masalah. Adapun salah satu masalah negara berkembang adalah jebakan kelas menengah atau midle income trap. Jebakan ini tak hanya mendera negara kelas menengah, melainkan juga terjadi pada penduduknya yang berpendapatan kelas menengah.
Nah, siapa mereka orang berpendapatan kelas menengah? Orang yang tergolong berpenghasilan kelas menangah adalah mereka yang penghasilannya mulai dari UMR (2 jutaan) hingga Rp 10 juta. Nah, inilah namanya midle income. Nah, mereka inilah yang berpotensi untuk terkena midle income trap. Jadi, anda yang berpenghasilan UMR hingga 10 juta harus hati-hati.
Orang yang berpenghasilan menengah biasanya mereka yang baru lulus sekolah dan masuk dunia kerja. Saat mulai bekerja dan merasakan dapat uang sendiri, maka biasanya mereka mulai membeli barang-barang kesukaannya, yang sudah sejak lama mereka idam-idamkan. Padahal sebetulnya, mereka belum terlalu membutuhkannya. Nah, disinilah jebakan kelas menengah bermula.
Midle income trap kebanyakan menyasar anak muda. Mereka umumnya belum memiliki kearifan dalam spending money. Misalnya, ada yang beli handphone sampai 2 hingga 3. Padahal, 1 handphone saja sudah cukup. Ada yang tiap keluar produk terbaru langsung ganti handphone, padahal mereka tidak memerlukan handphone secanggih itu. Semua karena terdorong oleh keinginan, bukan kebutuhan.
Di era sosial media ini, banyak keinginan yang semakin terasa jadi kebutuhan. Kita jadi merasa “butuh” untuk beli accessoris, makanan, dan minuman di luar rumah. Kita jadi merasa “butuh” nge-mall, nongki-nongki di Cafe, hingga tak terasa spending uang kita semakin banyal. Uang dan gaji yang baru saja kita dapatkan jadi cepat habis. Akibatnya, kita jadi merasa gelisah dan selalu merasa tidak cukup. Inilah midle income trap. Biasanya, hal ini terjadi di kota-kota besar.
Di kota-kota besar, banyak sekali produk atau layanan jasa yang membidik kelas menengah. Karena setiap hari anda hidup di kota dan beradaptasi disana, lambat laun anda merasa semua jasa dan produk yang ditawarkan melalui marketing itu menjadi keharusan. Uang hasil kerja anda akan cepat habis ditukar dengan jasa atau produk yang sebetulnya tidak terlalu mendesak.
Saat uang anda cepat habis, gaji terasa selalu tidak cukup, maka anda akan bekerja lebih keras lagi. Permainan (game) jebakan kelas menengah kedua pun dimulai. Anda semakin giat bekerja lebih keras untuk memenuhi gaya hidup yang sudah naik. Duluanda mungkin tidak pernah makan di Mall sekarang makan di Mall. Dulu anda tidak pernah pakai pakaian bermerek dan branded, sekarang beli pakaian bermerek mahal. Begitu pula dengan handphone anda.
Ketika standar hidup anda sudah naik, maka gaji anda yang sudah naik tinggi jadi terasa tak berarti. Hal ini terus berulang. Ketika anda dapat promosi lalu naik gaji, maka gaya hidup anda naik lagi. Anda lalu membeli sesuatu yang lebih mahal, seperti rumah, mobil, jam tangan mewah dan sebagainya. Lalu anda bekerja lebih keras lagi, kemudian anda dapat promosi dan nak gaji lagi akhirnya anda membeli barang yang lebih mewah lagi.
Memang betul kata kebanyakan orang, namanyagaya hidup itu tidak pernah turun. Nah, lingkaran siklus semacam inilah yang membuat orang terjebak dalam midle income trap. Siklus ini terus berputar dan menggelinding hingga seseorang jadi susah untuk keluar dari permainan perangkap kelas menengah. Anda penghasilan meningkat tapi tidak bahagia dan terus merasa kekurangan.
Anda mungkin bertanyatanya “kenapa ya dulu hidup saya baik baik saja padahal gaji saya kecil?”
“Kenapa ya sekarang ketika income saya sudah naik kok hidup saya malah tambah stress? Cicilah bertambah banyak, kartu kredit hutang tidak selesai?” inilah tanda anda sudah terperangkap dalam midle income trap.
Cara keluar dari Perangkap Kelas Menengah
Nah, tentu anda tidak mau bukan bila terus menerus terperangkap dalam permainan midle income trap?
Anda tahu tidak kehidupan seorang tukang kebersihan? Berapa gaji meraka? Tentu ada sudah bisa menebak mereka bergaji kecil. Tapi, para tukang sampah itu bisa menghidupi dua orang anak, hidupnya baik baik saja dan hidup berkecukupan. Tapi, mengapa anda yang berpenghasilan menengah justru mengalami problem financial? Jawabnnya satu, yakni keinginan yang lebih besar daripada kebutuhan. Standar hidup yang lebih besar daripada kenaikan gaji membuat pengeluaran selalu lebih besar daripada pemasukan.
Orang sukses memiliki gaya hidup yang berbeda dengan mereka yang terjebak dalam midle income trap. Mereka tidak semerta merta menaikkan standar hidup saat gajinya naik. Mereka berupaya mempertahankan nilai keringat mereka tetap angkanya, tidak tergerus dan lenyap. Saat gaji mereka naik, gaya hidup mereka tetap sama dan biasa. Mereka tak perlu menunjukkan dirinya hebat dan kaya dengan membeli barang mahal. Tetap hidup sederhana.
Hidup sederhana bukan berarti pelit, tapi menghindari hal yang tak perlu yang membuat anda terperangkap dalam “midle income trap”. Alih-alih menghamburkan uang untuk gaya hidup yang tiada habisnya, mending selamatkan nilai keringat anda dengan tiga cara berikut ini:
1. Menabung
Daripada keringat anda hanya akan lenyap jadi kotoran karena ngopi dan makan di restoran mahal, maka selamatkan keringat anda dengan cara menabung emas. Kita tahu, nilai emas hampir tidak akan turun, bahkan sebaliknya cenderung naik meski perlahan-lahan. Ketika anda mengkonversikan keringat anda menjadi sebuah aset, maka anda tak akan terperangkap ke dalam “midle income trap”.
Nah, cara pertama ini sangat mudah dilakukan oleh anda yang masih muda dan belum punya banyak beban kehidupan.
2. Cari Sumber Pendapatan Baru
Bila pengeluaran anda sudah terlanjur banyak, maka anda harus mencari sumber penghasilan baru. Salah satu caranya adalah dengan menjadi reseller untuk menambah penghasilan. Kebutuhan hidup kita akan terus bertambah. Kita akan punya keluarga, pasangan, dan anak pun bertambah setiap tahun. Jika sumber penghasilan kita hanya satu saja maka itu tidak akan cukup.
Tapi ingat, jangan sampai saat gaya hidup anda naik anda malah ikut ikutan bergaya hidup mewah. Tak perlu membelikan pakaian bermerek dan mahal untuk anak kecil anda sebab mereka cepat tumbuh besar. Pakaian mahal yang anda belikan tak lama lagi akan terbuang. So, spending uang secukupnya saja. Sayang anak tak selalu berarti membelikan barang barang mahal yang belum dia perlukan.
3. Bedakan antara Keinginan dan Kebutuhan
Anda harus bedakan mana keinginan dan mana itu kebutuhan. Anda harus memprioritaskan kebutuhan di atas keinginan. Tempatkan keinginan itu nomor sekian, karena tak akan ada habisnya. Jika anda menomor satukan keinginan, maka siap siap kebutuhan anda akan selalu tidak cukup. Anda akan selalu merasa kekurangan meski sebanyak apapun gaji yang anda miliki. Semuanya tidak akan cukup.
Posting Komentar untuk "Jebakan Orang Berpenghasilan 5 Jutaan dan Cara Mengatasinya"